Pelayan
ialah orang yang bekerja di restoran, bar, maupun kafe untuk melayani
pengunjung yang datang. Pekerjaan ini termasuk dalam sektor jasa. Pelayan
mencatat pesanan pengunjung dan kemudian membawa makanan atau minuman ke meja
pemesan. Seorang pelayan yang baik dapat membantu pengunjung dengan
merekomendasikan menu terbaik. Banyak pelayan yang diminta oleh bosnya
mengenakan seragam. (Wikipedia)
“Pelayan”,
beraneka ragam arti dan makna yang muncul ketika mendengar kata ini. Ya,
pelayan dapat dimaknai sebagai orang yang tugasnya melayani. Layaknya di masa
kecil kita yang hanya bisa merengek meminta uang kepada orang tua, minta suap
ketika makan, minta dimandikan ketika belum mandi, dan banyak lagi hal yang
bisa disebut kita sedang dilayani oleh orang tua. Bahkan saat beranjak dewasa
kita masih sering melakukan hal tersebut. Marah jika uang sakunya kurang, tidak
mau sekolah jika tidak naik motor, sekolah masih harus diantar. Ya itulah kita.
Ketika beranjak dewasa, pola pikir ini sudah harus diubah, bukan dilayani tapi
melayani.
AKTIVIS PELAYAN
Begitu pula seharusnya sebagai seorang
aktivis yang katanya menjadi “agent of
change”, namun akhir-akhir ini kata itu seakan-akan hilang makna. Menjadi
seorang agen perubahan harus berkomitmen untuk melayani yang seharusnya kita
layani. Bukan menjadi seseorang yang dilayani terus menerus. Hidup ini tidak
akan bermakna apapun ketika kita hanya mau dilayani dan tidak tahu bagaimana
harus melayani. Ketika pertama kali merasakan dinamika kampus terutama di
organisasi, saya merasa sedang dilayani oleh orang-orang yang berada di dalam
sebuah organisasi tersebut. Bergabung ke dalam sebuah organisasi tingkat
fakultas maupun universitas, menjadi
seorang staf, dilayani oleh seorang kabid atau kadep, ya, layaknya sang ibu
yang melayani anaknya.
Di tahun pertama, banyak pertanyaan yang
sering muncul. “Mengapa harus menjadi seorang aktivis?”, “Mengapa harus ikut
organisasi?”, mengapa, mengapa, dan mengapa. Dari tahun pertama itulah apa yang
sebenarnya dicari akhirnya ketemu. Ya, menjadi aktivis menurut saya adalah
sebuah kebutuhan seorang mahasiswa agar tahu apa yang sebenarnya menjadi
perhatian penting setelah mereka lulus dari bangku kuliah. Dan sejatinya
seorang aktivis adalah pelayan. Entah apapun jabatan atau posisinya di dalam
sebuah organisasi, dia harus melayani dengan ikhlas. Karena hal itulah yang
akan membawa sebuah kenikmatan yang luar biasa menjadi seorang aktivis.
Bukanlah
sebuah jabatan dan kedudukan yang kita harapkan, kita hanya ingin memenuhi
janji untuk menjadi seorang mahasiswa yang bermanfaat bagi sesamanya. Semua ini
tidak boleh hanya dituliskan saja, apalagi hanya terucapkan di mulut. Terlalu banyak
yang dibicarakan oleh mahasiswa, namun hanya sedikit yang dapat terealisasikan
ke dalam bentuk nyata. Belajar dan menguasai teori itu sangat perlu, namun
tidak cukup hanya itu. Yang perlu dan cukup adalah menerapkan pengetahuan yang
telah didapat pada masalah-masalah yang nyata.
KARAKTERISTIK AKTIVIS PELAYAN
Beberapa karakteristik manusia pelayan,
dalam konteks ini adalah seorang aktivis kampus:
1.
Mendengarkan
Menjadi seorang aktivis cenderung hanya mau
untuk memutuskan tanpa mau mendengarkan terlebih dahulu sebelum mengambil
sebuah keputusan. Apalagi ketika menjadi seorang pemimpin. Cenderung hanya
untuk memutuskan. Hal ini tidak berlaku pada diri seorang aktivis pelayan.
Mendengarkan dengan cermat dan sungguh-sungguh baru membuat keputusan, itulah
kelebihannya. “Hanya pelayan sejatilah yang menanggapi setiap masalah dengan
mendengarkan terlebih dahulu.” (Robert Greenleaf, 2012)
2.
Empati
Menjadi seorang aktivis pelayan, harus
berusaha untuk berempati kepada semua yang dilayaninya, baik itu teman
organisasi, staf, maupun masyarakat sekitar yang mendapat pengabdian dari kita.
Jika kita sebagai seorang pemimpin, maka kita harus mengenali bagaimana
karakter bawahan kita, mengenal kelebihan-kelebihan mereka, bahkan
keunikan-keunikan mereka kita harus tahu. Dan kita harus mengembangkan apa yang
mereka miliki itu.
3.
Menyembuhkan
Salah satu dari kekuatan aktivis pelayan
adalah menyembuhkan. Yaitu kemampuan mereka untuk menyembuhkan dirinya sendiri
maupun orang lain. Aktivis ini membantu memulihkan orang-orang yang berhubungan
dengan mereka. Penyembuhan merupakan hal yang luar biasa untuk melakukan
transformasi dan integrasi. Kita tahu, di sekitar kita banyak orang yang patah
semangat dan menderita berbagai jenis “sakit emosional”. Seorang aktivis
pelayan memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang akrab sehingga
membantu orang-orang sekitarnya untuk kembali pulih dari “sakitnya” itu.
4.
Persuasi
Dalam berkomunikasi, seorang aktivis
pelayan hendaknya lebih ke arah persuasi (bujukan) daripada menggunakan
pendekatan secara otoritas jabatan. Lewat jalan membujuk inilah, komunikasi
dengan orang-orang sekitar lebih efektif daripada cara yang lainnya.
5.
Komitmen untuk melayani
Seorang aktivis pelayan mempunyai komitmen
untuk melayani kebutuhan orang lain, dan hal itu harus dikedepankan daripada
mengedepankan kepentingannya sendiri. Melayani orang lain adalah prioritas
nomor satu.
6.
Komitmen pada pertumbuhan semua orang
Para aktivis pelayan memiliki komitmen yang
kuat pada pertumbuhan individu. Sudah jelas bahwa sesuatu yang tidak tumbuh itu
berarti mati. Dalam kenyataannya, hal ini mencakup penyediaan sarana agar semua
orang yang dipimpinnya (dalam sebuah organisasi) berkembang secara profesional.
Sebagai contohnya, lembaga ilmiah
menyediakan sarana dalam pencapaian tujuan dari lembaga itu sendiri untuk
tumbuh sebagai lembaga yang berprestasi. Membuat lomba-lomba, pelatihan
penulisan karya ilmiah, riset dan pembuatan teknologi tepat guna dan lain
sebagainya.
7.
Membangun komunitas
Para aktivis pelayan (dilihat dari sudut
pandang pemimpin sebuah organisasi) tidak pernah memperlakukan para stafnya
sebagai seorang yang harus “bekerja keras” dalam menjalankan program kerja yang
telah dibuat semata. Tetapi mereka memperlakukan staf sebagai manusia seutuhnya
yang membutuhkan kehangatan, cinta, perhatian, dan persahabatan. Dan memang
inilah yang seharusnya dilakukan oleh seorang aktivis pelayan dalam membangun
sebuah komunitas dengan para staf maupun pengurus di dalam sebuah organisasi.
0 komentar:
Posting Komentar