Selasa, 29 Januari 2013

Sang Pelayan Sejati


            Pelayan ialah orang yang bekerja di restoran, bar, maupun kafe untuk melayani pengunjung yang datang. Pekerjaan ini termasuk dalam sektor jasa. Pelayan mencatat pesanan pengunjung dan kemudian membawa makanan atau minuman ke meja pemesan. Seorang pelayan yang baik dapat membantu pengunjung dengan merekomendasikan menu terbaik. Banyak pelayan yang diminta oleh bosnya mengenakan seragam. (Wikipedia)
 “Pelayan”, beraneka ragam arti dan makna yang muncul ketika mendengar kata ini. Ya, pelayan dapat dimaknai sebagai orang yang tugasnya melayani. Layaknya di masa kecil kita yang hanya bisa merengek meminta uang kepada orang tua, minta suap ketika makan, minta dimandikan ketika belum mandi, dan banyak lagi hal yang bisa disebut kita sedang dilayani oleh orang tua. Bahkan saat beranjak dewasa kita masih sering melakukan hal tersebut. Marah jika uang sakunya kurang, tidak mau sekolah jika tidak naik motor, sekolah masih harus diantar. Ya itulah kita. Ketika beranjak dewasa, pola pikir ini sudah harus diubah, bukan dilayani tapi melayani.
AKTIVIS PELAYAN
Begitu pula seharusnya sebagai seorang aktivis yang katanya menjadi “agent of change”, namun akhir-akhir ini kata itu seakan-akan hilang makna. Menjadi seorang agen perubahan harus berkomitmen untuk melayani yang seharusnya kita layani. Bukan menjadi seseorang yang dilayani terus menerus. Hidup ini tidak akan bermakna apapun ketika kita hanya mau dilayani dan tidak tahu bagaimana harus melayani. Ketika pertama kali merasakan dinamika kampus terutama di organisasi, saya merasa sedang dilayani oleh orang-orang yang berada di dalam sebuah organisasi tersebut. Bergabung ke dalam sebuah organisasi tingkat fakultas maupun  universitas, menjadi seorang staf, dilayani oleh seorang kabid atau kadep, ya, layaknya sang ibu yang melayani anaknya.
Di tahun pertama, banyak pertanyaan yang sering muncul. “Mengapa harus menjadi seorang aktivis?”, “Mengapa harus ikut organisasi?”, mengapa, mengapa, dan mengapa. Dari tahun pertama itulah apa yang sebenarnya dicari akhirnya ketemu. Ya, menjadi aktivis menurut saya adalah sebuah kebutuhan seorang mahasiswa agar tahu apa yang sebenarnya menjadi perhatian penting setelah mereka lulus dari bangku kuliah. Dan sejatinya seorang aktivis adalah pelayan. Entah apapun jabatan atau posisinya di dalam sebuah organisasi, dia harus melayani dengan ikhlas. Karena hal itulah yang akan membawa sebuah kenikmatan yang luar biasa menjadi seorang aktivis.
Bukanlah sebuah jabatan dan kedudukan yang kita harapkan, kita hanya ingin memenuhi janji untuk menjadi seorang mahasiswa yang bermanfaat bagi sesamanya. Semua ini tidak boleh hanya dituliskan saja, apalagi hanya terucapkan di mulut. Terlalu banyak yang dibicarakan oleh mahasiswa, namun hanya sedikit yang dapat terealisasikan ke dalam bentuk nyata. Belajar dan menguasai teori itu sangat perlu, namun tidak cukup hanya itu. Yang perlu dan cukup adalah menerapkan pengetahuan yang telah didapat pada masalah-masalah yang nyata.
KARAKTERISTIK AKTIVIS PELAYAN
       Beberapa karakteristik manusia pelayan, dalam konteks ini adalah seorang aktivis kampus:
1.        Mendengarkan
     Menjadi seorang aktivis cenderung hanya mau untuk memutuskan tanpa mau mendengarkan terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan. Apalagi ketika menjadi seorang pemimpin. Cenderung hanya untuk memutuskan. Hal ini tidak berlaku pada diri seorang aktivis pelayan. Mendengarkan dengan cermat dan sungguh-sungguh baru membuat keputusan, itulah kelebihannya. “Hanya pelayan sejatilah yang menanggapi setiap masalah dengan mendengarkan terlebih dahulu.” (Robert Greenleaf, 2012)
2.        Empati
     Menjadi seorang aktivis pelayan, harus berusaha untuk berempati kepada semua yang dilayaninya, baik itu teman organisasi, staf, maupun masyarakat sekitar yang mendapat pengabdian dari kita. Jika kita sebagai seorang pemimpin, maka kita harus mengenali bagaimana karakter bawahan kita, mengenal kelebihan-kelebihan mereka, bahkan keunikan-keunikan mereka kita harus tahu. Dan kita harus mengembangkan apa yang mereka miliki itu.
3.        Menyembuhkan
     Salah satu dari kekuatan aktivis pelayan adalah menyembuhkan. Yaitu kemampuan mereka untuk menyembuhkan dirinya sendiri maupun orang lain. Aktivis ini membantu memulihkan orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Penyembuhan merupakan hal yang luar biasa untuk melakukan transformasi dan integrasi. Kita tahu, di sekitar kita banyak orang yang patah semangat dan menderita berbagai jenis “sakit emosional”. Seorang aktivis pelayan memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang akrab sehingga membantu orang-orang sekitarnya untuk kembali pulih dari “sakitnya” itu.
4.        Persuasi
     Dalam berkomunikasi, seorang aktivis pelayan hendaknya lebih ke arah persuasi (bujukan) daripada menggunakan pendekatan secara otoritas jabatan. Lewat jalan membujuk inilah, komunikasi dengan orang-orang sekitar lebih efektif daripada cara yang lainnya.
5.        Komitmen untuk melayani
     Seorang aktivis pelayan mempunyai komitmen untuk melayani kebutuhan orang lain, dan hal itu harus dikedepankan daripada mengedepankan kepentingannya sendiri. Melayani orang lain adalah prioritas nomor satu.
6.        Komitmen pada pertumbuhan semua orang
     Para aktivis pelayan memiliki komitmen yang kuat pada pertumbuhan individu. Sudah jelas bahwa sesuatu yang tidak tumbuh itu berarti mati. Dalam kenyataannya, hal ini mencakup penyediaan sarana agar semua orang yang dipimpinnya (dalam sebuah organisasi) berkembang secara profesional. Sebagai contohnya,  lembaga ilmiah menyediakan sarana dalam pencapaian tujuan dari lembaga itu sendiri untuk tumbuh sebagai lembaga yang berprestasi. Membuat lomba-lomba, pelatihan penulisan karya ilmiah, riset dan pembuatan teknologi tepat guna dan lain sebagainya.
7.        Membangun komunitas
     Para aktivis pelayan (dilihat dari sudut pandang pemimpin sebuah organisasi) tidak pernah memperlakukan para stafnya sebagai seorang yang harus “bekerja keras” dalam menjalankan program kerja yang telah dibuat semata. Tetapi mereka memperlakukan staf sebagai manusia seutuhnya yang membutuhkan kehangatan, cinta, perhatian, dan persahabatan. Dan memang inilah yang seharusnya dilakukan oleh seorang aktivis pelayan dalam membangun sebuah komunitas dengan para staf maupun pengurus di dalam sebuah organisasi.

0 komentar:

Posting Komentar