Selasa, 29 Januari 2013

Peran Pemuda Dalam Menghidupkan Iklim Keislaman Di Pedesaan



     Mendengar kata pemuda, yang berada dibenak kita adalah semangat dan pantang menyerah. Memang benar, pemuda adalah sosok manusia yang penuh dengan semangat dan sikap pantang menyerah untuk perubahan masa depan yang lebih baik.
Kita bisa melihat contoh, seorang Usamah bin Zaid, menjadi penglima perang di usianya yang masih belia 17 tahun, Ali karomalllahu wajhah seorang pemuda dengan segudang ilmu luar biasa, Muhammad Fatih, telah menaklukkan beberapa daerah kekuasaan  dengan mengibarkan panji panji Islam.
Contoh lain yaitu pada Tahun 16 Hijriyah, menjadi saksi,  Kholid bin Walid, Amr bin Al-ash dan Abu Ubaidah telah menggentarkan pasukan musuh, bahkan sebulan sebelum berperang. Tahukah apa yang terjadi????
Memang, pasukan muslim tak sebanyak pasukan kafir, namun stamina ruhiyah pasukan yang sedikit ini yang justru menggentarkan. Kaum kafir yang memata matai pasukan ini hanya terhenyak, ketika melihat pasukan muslim itu menyeru dijalan Allah disiang hari dan berdiri menyembah Allah di malam hari. Kaum kafir pun membuat makar, untuk menaklukkan hati para pasukan muslim dengan menebarkan harta benda, perhiasan dan memasang gadis gadis mereka untuk menggoda. Namun walhasil tak sedikitpun pasukan ini bergeming atau berpaling. Bukan karena mereka tak memiliki keinginan, tapi  keimanan dan ketakwaan mereka sudah dalam menghujam. Pertolongan Allah pun turun, pasukan kafir yang berlipat jumlahnya akhirnya terkalahkan dalam peperangan.  Bukan karena kekuatan pasukan islam, karena sedianya pasukan ini sangat sedikit jumlahnya. Kemenangan tak selalu dari banyaknya serdadu atau lihainya strategi perang, Allah menunjukkan , kekuatan atas nama menjaga ketaatan dalam bingkai keimanan dan ketakwaan menjadi kekuatan yang lebih mengagumkan. Karena Jika iman dan takwa telah menjadi ruh dalam diri, maka sungguh jalan menuju tujuan akan menjadi lapang. 
Pemuda adalah suatu mesin yang dapat dikendalikan apabila ditempatkan pada tempat yang benar dan akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat apabila terdidik dengan baik. Jiwa mereka selalu ingin melakukan sesuatu yang baru dan selalu menginginkan perubahan yang lebih baik daripada sebelumnya. Bahkan tak jarang mereka selalu berusaha untuk belajar,belajar,dan belajar. Walaupun banyak pemuda yang setelah lulus mereka memutuskan untuk langsung bekerja, namun ada sebagian pemuda yang menginginkan perubahan pada dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan  melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Disinilah sebenarnya peran pemuda yang dibutuhkan dalam masyarakat.
            Para pemuda lah yang akan memajukan,menghidupkan,dan memakmurkan bangsa ini. Dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,mereka harus tahu apa tujuan mereka melanjutkan sekolah,bukan hanya untuk mencari hasil yang akan mereka gunakan untuk kepentingan pribadi saja namun juga menularkan ilmu yang didapatkan untuk pengabdian kepada masyarakat. Salah satu peran yang terpenting dari seorang pemuda disini adalah sebagai perintis gerakan moral dan keagamaan bagi masyarakat. Sudah seharusnya para pemuda menyadari kerusakan moral di kalangan remaja saat ini. Mereka juga harus sadar bahwa kurangnya kegiatan keagamaan atau ibadah yang seharusnya dilakukan oleh para masyarakat di desa-desa. Maka syarat utama untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat yang ditekankan pada pola kehidupan beragama adalah kesadaran diri untuk bangkit dan melakukan perubahan.
            Peran pemuda sebagai pengabdi masyarakat dan sebagai orang yang menciptakan iklim keislaman di masyarakat harus didukung beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal.
            Yang pertama adalah faktor internal, faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri seorang pemuda itu sendiri. Dimana mereka harus mempunyai kemauan dan semangat yang tinggi agar iklim keislaman di masyarakat tercipta. Faktor internal ini akan terbentuk dari dalam diri masing-masing pemuda dan mereka sendiri yang dapat membentuknya. Pengetahuan dan ilmu keagamaan yang cukup dan harus dimiliki oleh setiap pemuda yang mau menciptakan sebuah iklim keislaman yang ada di masyarakat. Mereka dapat belajar dari seorang murobbi,yang mengetahui islam secara mendalam. Dari sanalah mereka para pemuda dapat membentuk pribadi diri mereka sendiri menjadi seorang pribadi muslim yang taat beragama dan menjadi contoh bagi masyarakat.
            Faktor kedua adalah faktor eksternal yaitu faktor yang berada dari luar pribadi seorang pemuda yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat itu sendiri. Faktor eksternal ini juga sangat penting,sama pentingnya dengan faktor internal. Bahkan faktor ini lebih banyak dibandingkan dengan faktor internal. Salah satu contoh faktor internal yang sering dijumpai dalam masyarakat adalah kultur budaya yang sulit berkembang. Memang sesuatu yang baru dalam agama islam bisa dikatakan sebagai bid’ah,namun ada beberapa kesalahpahaman tentang hal ini. Masyarakat selalu menganggap tradisi itu lebih baik daripada ilmu pengetahuan. Sehingga akan berdampak negatif untuk para pemuda yang ingin mengemukakan pendapat. Masyarakat akan mengucilkan pemuda yang berpendapat tidak sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di desa tersebut dan menganggap kita sebagai pemuda telah berbuat bid’ah. Padahal untuk menciptakan iklim keislaman di masyarakat,kita membutuhkan peran pemuda sebagai orang yang berada dalam barisan paling depan untuk perubahan yang lebih baik.
            Jika kedua faktor ini tidak dapat terwujud,maka tidak akan mungkin tercipta iklim keislaman di masyarakat. Seharusnya masyarakat dapat menempatkan peran pemuda dalam menciptakan iklim keislaman di masyarakat mereka. Sehingga ide-ide mereka tidak terhambat oleh kultur budaya yang berkembang di masyarakat itu sendiri. Tidak selamanya pemuda itu salah di mata masyarakat,bahkan pemuda itu akan membawa perubahan yang luar biasa ketika mereka diberikan tempat untuk berpendapat.
            Salah satu cara untuk menciptakan iklim keislaman dalam masyarakat adalah dengan diadakannya kajian-kajian islam. Kajian yang membahas tentang islam secara benar. Kajian ini dapat dilakukan secara rutin agar masyarakat mengenal islam secara utuh dan tidak setengah-setengah. Dimana peran pemuda dalam hal ini sangatlah penting. Mereka yang harus mengajak pemuda-pemuda yang lain dan masyarakat untuk mau datang menghadiri kajian. Tidak menutup kemungkinan jika para pemuda itu sendiri yang akan mengisi kajian-kajian tersebut. Ilmu yang didapatkan dari pendidikan tinggi dapat mereka tularkan di dalam lingkup kajian ini. Di desa-desa terdapat banyak masjid dan mushola sebagai tempat ibadah, mereka dapat menggunakan masjid dan mushola sebagai tempat kajian. Kajian dapat dilakukan setiap selesai shalat magrib atau setelah shalat isya’. Disamping kajian-kajian yang rutin dilakukan, harus diadakan pula pengajian dengan mengundang ustadz dari luar untuk menambah wawasan keilmuan yang masyarakat miliki. Pengajian bisa dilakukan satu bulan sekali atau dua bulan sekali. Pengajian-pengajian yang sering dilakukan, akan menambah suplai makanan untuk jiwa dan nantinya akan terbentuk karakter pribadi seorang muslim sejati. Dari sekian banyak cara yang harus dilakukan,masyarakat sendiri juga harus belajar bagaimana hidup dalam syari’at islam secara benar agar tercipta iklim keislaman di masyarakat pedesaan. Jika para pemuda sudah berusaha secara maksimal sedangkan masyarakatnya pun tidak ikut mendukung maka iklim itu tidak akan mungkin dapat terwujud.
            Memang sulit untuk bisa mengajak masyarakat dalam menciptakan iklim keislaman di desa ketika kita sebagai pemuda pun tidak memberi contoh kepada mereka. Namun kita sebagai pemuda harus tetap berusaha agar terciptanya iklim keislaman itu. Sebagai contoh ketika waktu shalat sudah tiba, kita sebagai pemuda harus menjadi muadzin di mushola atau masjid-masjid. Mengajak para pemuda-pemuda lain untuk shalat berjamaah di masjid. Dengan adanya pemuda, insyaAllah iklim keislaman akan tercipta jika mereka benar-benar mau berusaha dan bersungguh-sungguh. Maka ketika semua ini terlaksana dengan baik di masyarakat, kita tidak akan menjumpai lagi kakek-kakek adzan,lalu jadi imam dan makmumnya pun kakek itu sendiri,namun kita akan menjumpai para pemuda yang gagah berani menjadi seorang muadzin,menjadi imam,dan makmum. Menghidupkan masjid-masjid dan mushola yang ada di daerah pedesaan. Cara-cara seperti ini harus diterapkan di desa-desa lain agar terbentuk masyarakat yang hidup dalam syari’at islam dan hidup dalam naungan Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar