Mendengar
kata pemuda, yang berada dibenak kita adalah semangat dan pantang menyerah.
Memang benar, pemuda adalah sosok manusia yang penuh dengan semangat dan sikap
pantang menyerah untuk perubahan masa depan yang lebih baik.
Kita bisa melihat contoh,
seorang Usamah bin Zaid, menjadi penglima perang di usianya yang masih belia 17
tahun, Ali karomalllahu wajhah seorang pemuda dengan segudang ilmu luar biasa,
Muhammad Fatih, telah menaklukkan beberapa daerah kekuasaan dengan mengibarkan panji panji Islam.
Contoh lain yaitu pada Tahun 16 Hijriyah, menjadi saksi, Kholid bin Walid, Amr bin Al-ash dan Abu
Ubaidah telah menggentarkan pasukan musuh, bahkan sebulan sebelum berperang.
Tahukah apa yang terjadi????
Memang, pasukan muslim tak sebanyak pasukan kafir, namun
stamina ruhiyah pasukan yang sedikit ini yang justru menggentarkan. Kaum kafir
yang memata matai pasukan ini hanya terhenyak, ketika melihat pasukan muslim
itu menyeru dijalan Allah disiang hari dan berdiri menyembah Allah di malam
hari. Kaum kafir pun membuat makar, untuk menaklukkan hati para pasukan muslim
dengan menebarkan harta benda, perhiasan dan memasang gadis gadis mereka untuk
menggoda. Namun walhasil tak sedikitpun pasukan ini bergeming atau berpaling.
Bukan karena mereka tak memiliki keinginan, tapi keimanan dan ketakwaan mereka sudah dalam
menghujam. Pertolongan Allah pun turun, pasukan kafir yang berlipat jumlahnya
akhirnya terkalahkan dalam peperangan.
Bukan karena kekuatan pasukan islam, karena sedianya pasukan ini sangat
sedikit jumlahnya. Kemenangan tak selalu dari banyaknya serdadu atau lihainya
strategi perang, Allah menunjukkan , kekuatan atas nama menjaga ketaatan dalam
bingkai keimanan dan ketakwaan menjadi kekuatan yang lebih mengagumkan. Karena
Jika iman dan takwa telah menjadi ruh dalam diri, maka sungguh jalan menuju
tujuan akan menjadi lapang.
Pemuda adalah suatu mesin
yang dapat dikendalikan apabila ditempatkan pada tempat yang benar dan akan
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat apabila terdidik dengan baik. Jiwa mereka
selalu ingin melakukan sesuatu yang baru dan selalu menginginkan perubahan yang
lebih baik daripada sebelumnya. Bahkan tak jarang mereka selalu berusaha untuk
belajar,belajar,dan belajar. Walaupun banyak pemuda yang setelah lulus mereka
memutuskan untuk langsung bekerja, namun ada sebagian pemuda yang menginginkan
perubahan pada dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih
tinggi lagi. Disinilah sebenarnya peran pemuda yang dibutuhkan dalam
masyarakat.
Para
pemuda lah yang akan memajukan,menghidupkan,dan memakmurkan bangsa ini. Dengan
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,mereka harus tahu apa
tujuan mereka melanjutkan sekolah,bukan hanya untuk mencari hasil yang akan
mereka gunakan untuk kepentingan pribadi saja namun juga menularkan ilmu yang
didapatkan untuk pengabdian kepada masyarakat. Salah satu peran yang terpenting
dari seorang pemuda disini adalah sebagai perintis gerakan moral dan keagamaan
bagi masyarakat. Sudah seharusnya para pemuda menyadari kerusakan moral di
kalangan remaja saat ini. Mereka juga harus sadar bahwa kurangnya kegiatan
keagamaan atau ibadah yang seharusnya dilakukan oleh para masyarakat di
desa-desa. Maka syarat utama untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat yang
ditekankan pada pola kehidupan beragama adalah kesadaran diri untuk bangkit dan
melakukan perubahan.
Peran
pemuda sebagai pengabdi masyarakat dan sebagai orang yang menciptakan iklim
keislaman di masyarakat harus didukung beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Yang
pertama adalah faktor internal, faktor internal adalah faktor yang berada dalam
diri seorang pemuda itu sendiri. Dimana mereka harus mempunyai kemauan dan
semangat yang tinggi agar iklim keislaman di masyarakat tercipta. Faktor
internal ini akan terbentuk dari dalam diri masing-masing pemuda dan mereka
sendiri yang dapat membentuknya. Pengetahuan dan ilmu keagamaan yang cukup dan
harus dimiliki oleh setiap pemuda yang mau menciptakan sebuah iklim keislaman
yang ada di masyarakat. Mereka dapat belajar dari seorang murobbi,yang
mengetahui islam secara mendalam. Dari sanalah mereka para pemuda dapat
membentuk pribadi diri mereka sendiri menjadi seorang pribadi muslim yang taat
beragama dan menjadi contoh bagi masyarakat.
Faktor
kedua adalah faktor eksternal yaitu faktor yang berada dari luar pribadi
seorang pemuda yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat itu sendiri.
Faktor eksternal ini juga sangat penting,sama pentingnya dengan faktor
internal. Bahkan faktor ini lebih banyak dibandingkan dengan faktor internal.
Salah satu contoh faktor internal yang sering dijumpai dalam masyarakat adalah
kultur budaya yang sulit berkembang. Memang sesuatu yang baru dalam agama islam
bisa dikatakan sebagai bid’ah,namun ada beberapa kesalahpahaman tentang hal
ini. Masyarakat selalu menganggap tradisi itu lebih baik daripada ilmu
pengetahuan. Sehingga akan berdampak negatif untuk para pemuda yang ingin
mengemukakan pendapat. Masyarakat akan mengucilkan pemuda yang berpendapat
tidak sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di desa tersebut dan menganggap
kita sebagai pemuda telah berbuat bid’ah. Padahal untuk menciptakan iklim
keislaman di masyarakat,kita membutuhkan peran pemuda sebagai orang yang berada
dalam barisan paling depan untuk perubahan yang lebih baik.
Jika
kedua faktor ini tidak dapat terwujud,maka tidak akan mungkin tercipta iklim
keislaman di masyarakat. Seharusnya masyarakat dapat menempatkan peran pemuda
dalam menciptakan iklim keislaman di masyarakat mereka. Sehingga ide-ide mereka
tidak terhambat oleh kultur budaya yang berkembang di masyarakat itu sendiri.
Tidak selamanya pemuda itu salah di mata masyarakat,bahkan pemuda itu akan
membawa perubahan yang luar biasa ketika mereka diberikan tempat untuk
berpendapat.
Salah
satu cara untuk menciptakan iklim keislaman dalam masyarakat adalah dengan
diadakannya kajian-kajian islam. Kajian yang membahas tentang islam secara
benar. Kajian ini dapat dilakukan secara rutin agar masyarakat mengenal islam
secara utuh dan tidak setengah-setengah. Dimana peran pemuda dalam hal ini
sangatlah penting. Mereka yang harus mengajak pemuda-pemuda yang lain dan
masyarakat untuk mau datang menghadiri kajian. Tidak menutup kemungkinan jika para
pemuda itu sendiri yang akan mengisi kajian-kajian tersebut. Ilmu yang
didapatkan dari pendidikan tinggi dapat mereka tularkan di dalam lingkup kajian
ini. Di desa-desa terdapat banyak masjid dan mushola sebagai tempat ibadah, mereka
dapat menggunakan masjid dan mushola sebagai tempat kajian. Kajian dapat
dilakukan setiap selesai shalat magrib atau setelah shalat isya’. Disamping
kajian-kajian yang rutin dilakukan, harus diadakan pula pengajian dengan
mengundang ustadz dari luar untuk menambah wawasan keilmuan yang masyarakat
miliki. Pengajian bisa dilakukan satu bulan sekali atau dua bulan sekali. Pengajian-pengajian
yang sering dilakukan, akan menambah suplai makanan untuk jiwa dan nantinya
akan terbentuk karakter pribadi seorang muslim sejati. Dari sekian banyak cara
yang harus dilakukan,masyarakat sendiri juga harus belajar bagaimana hidup
dalam syari’at islam secara benar agar tercipta iklim keislaman di masyarakat
pedesaan. Jika para pemuda sudah berusaha secara maksimal sedangkan
masyarakatnya pun tidak ikut mendukung maka iklim itu tidak akan mungkin dapat
terwujud.
Memang
sulit untuk bisa mengajak masyarakat dalam menciptakan iklim keislaman di desa
ketika kita sebagai pemuda pun tidak memberi contoh kepada mereka. Namun kita
sebagai pemuda harus tetap berusaha agar terciptanya iklim keislaman itu. Sebagai
contoh ketika waktu shalat sudah tiba, kita sebagai pemuda harus menjadi
muadzin di mushola atau masjid-masjid. Mengajak para pemuda-pemuda lain untuk shalat
berjamaah di masjid. Dengan adanya pemuda, insyaAllah iklim keislaman akan
tercipta jika mereka benar-benar mau berusaha dan bersungguh-sungguh. Maka
ketika semua ini terlaksana dengan baik di masyarakat, kita tidak akan
menjumpai lagi kakek-kakek adzan,lalu jadi imam dan makmumnya pun kakek itu
sendiri,namun kita akan menjumpai para pemuda yang gagah berani menjadi seorang
muadzin,menjadi imam,dan makmum. Menghidupkan masjid-masjid dan mushola yang
ada di daerah pedesaan. Cara-cara seperti ini harus diterapkan di desa-desa
lain agar terbentuk masyarakat yang hidup dalam syari’at islam dan hidup dalam
naungan Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar