Selasa, 29 Januari 2013

Memang Dikubur atau Diabaikan


Mobil Hybrid

       Perbincangan di laboratorium motor bakar bersama sahabat saya We Es dan End Ra akhirnya membuat saya ingin menulis dan mengekspos kejadian-kejadian yang mungkin telah menggugah hati. Melihat laboratorium yang tak tertata, benda-benda berserakan dimana-mana. Memang betul apa yang dikatakan pak Tanto, kebiasaan kita memang seperti itu. Sudah berkali-kali diingatkan, ditusuk-tusuk, ditampar tapi tetap saja tidak sadar. Alangkah malangnya nasib “kalian”, oh karya anak bangsa.

Memang benar, akhir-akhir ini kita banyak melihat karya anak-anak bangsa yang bermunculan. Mulai dari mobil Tucuxinya Pak Dahlan Iskan, mobil listriknya Pak Ahmad, mobil listriknya Teknik Mesin UNS, ITS, ITB, UGM, dan yang paling baru adalah monorelnya “Made In Bekasi”. Ternyata fenomena (bukan fenomena, tapi kenyataan) ini sudah diprakarsai dahulu oleh bapak teknologi kita sekaligus Presiden ke- 3 kita Pak Bacharudin Jusuf Habibie dengan N 250 nya. Terharu rasanya ketika melihat banyak anak negeri yang mempunyai banyak prestasi seperti ini. Banyak yang pesimis, namun tak kalah banyaknya orang-orang yang optimis menatap masa depan Indonesia. Hanya orang-orang bodohlah yang melihat dengan pesimis.

Peran Pemuda Dalam Menghidupkan Iklim Keislaman Di Pedesaan



     Mendengar kata pemuda, yang berada dibenak kita adalah semangat dan pantang menyerah. Memang benar, pemuda adalah sosok manusia yang penuh dengan semangat dan sikap pantang menyerah untuk perubahan masa depan yang lebih baik.
Kita bisa melihat contoh, seorang Usamah bin Zaid, menjadi penglima perang di usianya yang masih belia 17 tahun, Ali karomalllahu wajhah seorang pemuda dengan segudang ilmu luar biasa, Muhammad Fatih, telah menaklukkan beberapa daerah kekuasaan  dengan mengibarkan panji panji Islam.
Contoh lain yaitu pada Tahun 16 Hijriyah, menjadi saksi,  Kholid bin Walid, Amr bin Al-ash dan Abu Ubaidah telah menggentarkan pasukan musuh, bahkan sebulan sebelum berperang. Tahukah apa yang terjadi????

Sang Pelayan Sejati


            Pelayan ialah orang yang bekerja di restoran, bar, maupun kafe untuk melayani pengunjung yang datang. Pekerjaan ini termasuk dalam sektor jasa. Pelayan mencatat pesanan pengunjung dan kemudian membawa makanan atau minuman ke meja pemesan. Seorang pelayan yang baik dapat membantu pengunjung dengan merekomendasikan menu terbaik. Banyak pelayan yang diminta oleh bosnya mengenakan seragam. (Wikipedia)
 “Pelayan”, beraneka ragam arti dan makna yang muncul ketika mendengar kata ini. Ya, pelayan dapat dimaknai sebagai orang yang tugasnya melayani. Layaknya di masa kecil kita yang hanya bisa merengek meminta uang kepada orang tua, minta suap ketika makan, minta dimandikan ketika belum mandi, dan banyak lagi hal yang bisa disebut kita sedang dilayani oleh orang tua. Bahkan saat beranjak dewasa kita masih sering melakukan hal tersebut. Marah jika uang sakunya kurang, tidak mau sekolah jika tidak naik motor, sekolah masih harus diantar. Ya itulah kita. Ketika beranjak dewasa, pola pikir ini sudah harus diubah, bukan dilayani tapi melayani.

Internet Sebagai Media Pemersatu Kebudayaan Di Indonesia



Di era milenium ketiga, penggunaan teknologi informasi di Indonesia khususnya internet mengalami kenaikan yang signifikan. Menjamurnya warung internet di berbagai tempat, khususnya di kota-kota besar di Indonesia menjadi indikator tingginya minat masyarakat untuk mengakses berbagai informasi yang disajikan oleh dunia maya. Namun demikian, ternyata perkembangan ini tidak cukup menggembirakan karena ternyata kemanfaatan teknologi informasi berupa internet belum terlihat pada sebagian besar masyarakat yang menggunakannya. Bahkan justru ditemukan adanya kontradiksi berupa penyalahgunaan internet untuk berbagai pelanggaran, baik hukum, kesusilaan maupun agama. Hal ini boleh jadi karena kehadiran internet menjadi guncangan budaya yang cukup berat bagi masyarakat Indonesia saat ini.

Jumat, 25 Januari 2013

Merindukan Pemimpin Sehebat Umar




Sebagai sebuah agama, Islam rutin memproduksi tokoh dan ulama besar. Mereka dicintai rakyat, dikagumi kecerdasannya dan kepemimpinannya diabadikan sejarah. Goresan pena banyak menuliskan keteladanan, kezuhudan dan gerakan perjuangan yang indah untuk dilukiskan. Jadilah, dunia dipaksa mengakui indahnya pesona Islam dan deretan kesuksesannnya.

Salah satu pahlawan Islam adalah Umar bin Khattab ra. Seorang pemabuk dan rajin membunuh anak perempuan ketika masa jahiliyah. Sosok keras kepala, penuh ketegasan dan keberanian. Tapi di balik semuanya, dirinya menyimpan satu sifat yaitu lemah lembut. Kok bisa?

Kita ambil sebuah contoh bagaimana ke-Islaman Umar. Ketika itu dirinya bermaksud menemui Muhammad SAW untuk membuat perhitungan. Di tengah perjalanan, seorang sahabat mencegahnya dan meminta dirinya pulang. Sebab, adik perempuan Umar diketahui sudah memeluk agama Islam.

Mendengar perkataan itu, Umar marah mendengarnya. Dia pulang ke rumah dan menjumpai adik perempuannya yang ketakutan melihat kedatangan kakaknya. Umar berusaha mengetahui apa yang disembunyikan adiknya. Terjadi pertengkaran, tangan Umar menampar adiknya sampai berdarah.

Kericuhan itu tidak lama berlangsung. Umar sadar telah melakukan kesalahan besar yang tidak pantas dilakukan seorang lelaki. Dia akhirnya menuruti keinginan adiknya berwudhu. Lantunan surat Thoha menyentuh relung kalbu keimanan Umar. Sejak itu, dirinya resmi masuk agama Islam. Rasulullah menghadiahi gelar “Al faruq” (sang pemuda”).

“Allah telah menempatkan kebenaran pada lisan dan hati Umar. Dialah mampu membedakan yang hak dan yang batil,” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Hakim).